Kamis, 31 Oktober 2013

Dulu Lamban Sekarang Cepat : Perubahan Media Komunikasi Dari Masa ke Masa



Dulu waktu usia saya 5 tahun (sekitar tahun 1997), saya dibiasakan oleh keluarga untuk menulis surat untuk kakak perempuan saya yang memang menetap di luar negeri. Pada jaman itu, komunikasi yang bisa kami jalin hanyalah melalui surat, terkadang menggunakan fax (jika ada pesan penting dan darurat, itu pun kami harus pergi ke daerah Malioboro untuk menuju Wartel khusus yang melayani faksimail dan harus membayar cukup mahal karena tujuan internasional). Lagi pula, telepon rumah bahkan handphone masih dinilai barang mewah dan hanya orang-orang tertentu saja yang mampu memilikinya. Untuk menekan biaya, maka keluarga saya memutuskan untuk rutin menulis surat agar komunikasi kami tetap terjalin intens meskipun terpisah jarak beribu-ribu mil jauhnya.

Foto kakak saya waktu di danau daerah Zurich

Ketika saya selesai menulis surat dan siap untuk dikirim, kakak laki-laki saya selalu mengajak saya untuk ikut ke kantor pos mengirim surat tersebut. Dulu biaya pengiriman untuk tujuan internasional sangat mahal karena tergantung negara tujuan (kebetulan kakak saya menetap di Zurich, Swiss). Biaya pengiriman tersebut berdasarkan berat isi surat, alias, berdasar hitungan seberapa tebal dan seberapa banyak kertas yang digunakan. Pernah pada waktu itu kami harus merogoh kantong sebesar Rp 50.000,- (sekitar tahun 1998, nominal ini sangat besar jumlahnya) hanya untuk mengirim surat, kebetulan kertas yang dipakai 5 lembar karena ada beberapa informasi yang harus dirinci. Tapi jangan harap surat itu akan sampai ke alamat tujuan 1 atau 2 hari, kita harus bersabar dulu karena harus menunggu paling tidak 1 minggu surat sampai ke tujuan.
Seiring perkembangan teknologi komunikasi, kami mulai beralih ke telepon, itu pun kami tidak berani mengobrol lama-lama karena takut tagihan akan membengkak. Kemudian beralih ke handphone, tetapi hanya untuk pesan singkat/SMS, karena kalau telepon memakai HP biayanya jauh lebih mahal daripada telepon rumah. Selanjutnya kami juga menggunakan email, karena cepat sampai dan tidak terbatas seberapa banyak tulisannya.

Tampilan Skype

Nah, mulai sekitar tahun 2010-an, komunikasi kami menjadi lebih mudah karena kami bisa ‘langsung’ bertatap muka dan mengobrol. Komunikasi ini diperantai oleh media baru ‘Skype’, dimana media ini hanya menggantungkan jaringan internet melalui modem/wifi yang tidak terlalu mahal.

Pengalaman saya ini kemudian menjadi bahan refleksi bagi diri saya sendiri. Dari tahun ke tahun meskipun lamban di era pra-reformasi, media komunikasi secara nasional mengalami perubahan yang sangat signifikan. Secara sederhana, dulu orang menggunakan media kentongan, burung merpati, kemudian surat untuk melakukan interaksi dengan orang lain yang terpisah jarak. Semakin maju ke generasi berikutnya, orang bisa berinteraksi melalui telepon dan handphone, kemudian email, jejaring sosial, dan skype.
Tentunya peralihan era kentongan ke era surat kemudian era telepon dan melejit ke era internet tidak terjadi secara cepat atau tiba-tiba. Khususnya bagi negara Indonesia, perubahan media/alat komunikasi dari generasi ke generasi melalui tahapan evolusi. Evolusi yang terjadi karena pada dasarnya Indonesia tidak cukup memiliki mindset invention untuk alat-alat komunikasi. Kita hanya mampu sebagai pihak kedua alias konsumen dari negara-negara barat yang selalu ‘bergairah’ dalam penemuan alat teknologi.
Meskipun begitu, kita merasa terbantu untuk melakukan interaksi dengan orang lain yang berada di lain tempat. Sekarang kita semakin dipermudah untuk menghubungi sanak saudara dan kerabat yang jauh dengan menggunakan media baru seperti email, jejaring sosial dan skype. Tentunya proses nya lebih cepat dibanding dengan surat dan SMS.
Di abad 20-an seperti sekarang ini, masyarakat dunia bisa saling berkomunikasi tanpa batas ruang dan waktu, bagaimanakah perubahan media komunikasi di abad selanjutnya??? Jangan-jangan saya dan anda bisa bersalaman secara langsung meskipun saya berada di rumah dan anda berada di Amerika, misalnya. Mungkin impossible kedengarannya, eiitttsss.....tapi jangan remehkan imajinasi saya. Karena nenek moyang saya dan anda juga bahkan tidak pernah membayangkan bahwa jaman sekarang orang bisa bercakap-cakap langsung lewat komputer.

Tidak ada komentar: